Strategi Kapi Jembawan Kelabuhi Dewi Trijatha
Karena cintanya kepada Dewi Trijatha, Jembawan mengelabuhi wanita idamannya itu. Atas pertolongan Raden Laksmana, dia berhasil mempersunting Trijatha. Jembawan diubah wujudnya menjadi sama persis Raden Laksmana, pria idaman Trijatha.
SETELAH Raja Alengka Prabu Dasamuka (Rahwana) tewas di tangan Prabu Rama, banyak peristiwa baru. Alengka yang diubah namanya menjadi Singela, diperintah Raden Gunawan Wibisana, adik bungsu Dasamuka, menjadi tenteram dan damai. Singela kini bersahabat erat dengan Pancawati (negara Raden Rama).
Karena persahabatan kedua negara, menyebabkan warganya saling mengenal. Adalah Kapi Jembawan, si tua-tua keladi. Makin tua makin menjadi. Ungkapan ini tampaknya tepat untuk kelakuannya. Salah satu perwira pasukan Pancawati ini meski sudah tua, dia berselera muda. Tanpa melihat rupanya yang jelek dan sudah tua, dia ingin mempersunting Dewi Trijatha, putri Raden Gunawan Wibisana (Raja Singela).
Memang, semula Jembawan yang berwujud kera tua sebesar manusia itu malu-malu menyatakan cintanya pada Trijatha. Namun, lama kelamaan dia tidak tahan. Perasaan cinta terhadap gadis manis itu tak terbendung lagi. Akhirnya, diungkapkannya perasaan yang telah lama terpendam itu. Pertama-tama, tentunya kepada si jelita Dewi Trijatha.
Namun, cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Ternyata, Trijatha menolak mentah-mentah hasrat
Penolakan cinta Trijatha ini juga didasari oleh kenyataan. Dia memang tidak mencintai Jembawan. Kalau dibandingkan, rupa Jembawan dan Raden Laksmana seperti jarak bumi dan langit. Yang juga tidak bisa dilupakan Trijatha adalah kutukan uwaknya, Prabu Dasamuka, ketika menunggui Dewi Sinta. Bahwa suatu saat Trijatha akan dikawin oleh kera tua yang rupanya sangat jelek.
Dengan hati yang malu bercampur kecewa, Jembawan pulang ke padepokannya, di Gadamadana. Perangainya yang semula peramah, suka senyum dan guyon, berubah total. Sebaliknya, Jembawan kini menjadi orang pendiam dan pemurung. Akibatnya, dia menjadi malas-malasan untuk melaksanakan tugas rutinnya, mengapelkan prajurit Pancawati. Bahkan, dalam beberapa hari tidak sowan menghadap Prabu Rama di istana.
Tampaknya, penolakan cinta dari Trijatha telah membuatnya sakit hati. Jembawan jadi enggan keluar rumah. Makan minum tak enak, tidur pun tak nyenyak. Mandi pun menjadi malas. Bahkan, belakangan suka menyendiri dan mengurung diri dalam kamar. Akhirnya, dia jatuh sakit.
Mendengar Jembawan sakit, Prabu Rama mengutus Raden Laksmana Widagdo untuk menjenguknya. “Kamu ini sakit apa Jembawan, hingga badanmu tambah kurus kering. Kalau kau punya masalah jangan sungkan-sungkan ungkapkan padaku. Siapa tahu saya bisa membantumu. Jangan khawatir saya akan merahasiakannya kalau itu memang masalah yang sangat pribadi,” ujar Raden Laksmana.
“Begini, Raden. Sebenarnya saya malu untuk mengutarakannya. Baiklah kalau Raden mau menolongku. Saya
Karena iba melihat penderitaan batin Jembawan yang sudah tua renta, Laksmana akhirnya memutuskan untuk membantunya. “Jembawan, kamu jangan kaget. Sebenarnya Trijatha itu telah menyatakan cintanya padaku. Tapi ketika itu aku tolak. Percayalah padaku, aku akan menolongmu. Begini, wujudmu akan saya ubah menjadi wujudku. Dengan demikian nanti Trijatha akan jatuh dalam pelukanmu,” kata Laksmana.
Dengan kesaktian Laksmana, seketika Jembawan berubah wujud menjadi Laksmana. Maka, terdapat Raden Laksmana kembar di tempat itu. Laksmana palsu segera ke Singela untuk menemui Trijatha. Sedangkan Laksmana yang asli bersembunyi di Padepokan Gadamadana.
Perkawinan Laksmana Palsu
Singkat cerita, sampailah Laksmana jelmaan Jembawan itu di Singela. Diam-diam dia langsung masuk ke taman keputren, tempat bersemayam Dewi Trijatha. Mengetahui pria pujaannya datang, bergembiralah Trijatha. Dia segera menyongsongnya.
Tanpa ragu, Laksmana palsu mengutarakan isi hatinya kalau sudah mencabut sumpah untuk wadat, sekaligus bersedia menerima cinta Trijatha. Seketika, bersoraklah hati gadis keraton yang lugu ini. Sejak itulah, Laksmana palsu menjalin kasih (cinta) dengan Trijatha. Hingga suatu ketika, keduanya mengutarakan ingin hidup bersama kepada Prabu Gunawan Wibisana dan Prabu Rama. Akhirnya, Laksmana palsu dan Trijatha dikawinkan dalam suatu perhelatan besar-besaran.
Tampaknya, kedua mempelai begitu bahagia. Saking serasinya, sepintas seperti pasangan Bathara Kamajaya-Bathari Kamaratih. Sebagai pengantin baru mereka menempati sebuah kamar khusus yang telah dihias begitu rupa. Malam-malam bulan madu pun mereka lewati dengan sangat indah. Hingga beberapa pekan, penyamaran Kapi Jembawan belum terbongkar. Dia pun enak-enakan, setiap hari bermesraan dengan wanita pujaannya.
Namun, apa pun rencana dan keinginan manusia, tetap Yang Mahakuasa-lah yang menentukan. Setelah Trijatha mengandung, tiba-tiba terjadi keajaiban. Pada suatu malam, Laksmana palsu telah kembali kepada wujudnya semula, menjadi Kapi Jembawan. Tampaknya, kekuatan ajian memba warna (berubah wujud) dari Raden Laksmana sudah habis masa berlakunya. Ketika terbangun, betapa terkejutnya Trijatha. Karena yang didapatinya terbaring di sampingnya adalah Kapi Jembawan (manusia kera tua bangka). Bukan Raden Laksmana.
“Mbah Jembawan, paduka kok tidur bersamaku. Setahuku, setiap hari saya selalu tidur dengan suamiku Raden Laksmana,” ujar Trijatha, yang sedang teringat kutukan Prabu Dasamuka bahwa suatu ketika dia akan bersuami kera tua bangka.
“Jangan kaget, Trijatha. Saya mohon maaf telah mengelabuhimu. Ketahuilah suamimu itu Raden Laksmana palsu, yang wujud sebenarnya adalah saya. Ini semua kulakukan karena aku sangat mencintaimu. Itu pun atas pertolongan Raden Laksmana,” kata Jembawan polos.
Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah telanjur. Dengan sangat terpaksa, Trijatha akhirnya memang harus menerima kenyataan. Mempunyai suami kera tua sebagaimana kutukan uwaknya. Dari perkawinan itu, mereka mempunyai anak wanita yang sangat cantik, diberi nama Jembawati. Setelah dewasa Jembawati diperistri oleh Raja Dwarawati, Prabu Kresna. Moko (Artikel ini diambil dari http://www.posmo.net/RUBRIK/424/pakeliran.html).