CERITA SAKUNTALA
Sesampainya di
Raja menjawab, bahwa beliau ingin bertemu dengan Mpu Kanwa. Sang jelita menjelaskan bahwa Mpu Kanwa sedang keluar mencari buah-buahan. Dipersilahkannya raja menunggu sejenak. Sementara itu Raja menyadari betapa cantik dan memikat hati gadis di hadapannya, maka jatuh hatilah Baginda terhadap sang jelita. Kemudian ditanyakanlah siapakah gerangan Ia?
Maka beceritalah gadis tersebut mengenai riwayat kelahirannya, yaitu bahwa Ia adalah anak seorang pertapa bernama Wismamitra, pada waktu itu sedang khusuk bertapa tergoda oleh ibunya yaitu bidadari dari Kahyangan yang bernama Dewi Menaka. Dewi Menaka menggoda atas perintah Dewa Indra yang khawatir akan akibat buruk bagi kahyangan disebabkan ketekunan samadi Wismamitra. Dengan bantuan Dewa Angin dan Dewa Asmara serta bersenjatakan kecantikan serta keelokkan saliranya. Dewi Menaka membatalkan samadi pertapa Wismamitra. Sang pertapa Wismamitra tak kuasa menahan hati. Selanjutnya memadu cintahlah mereka yang menyebabkan kehamilan Dewi Menaka. Setelah genab bulannya, Dewi Menaka melahirkan putrinya di tepi sungai Malini di lembah pegunungan
Di tempat yang sama tersebut sang pertapa Mpu Kanwa biasa meletakkan persembahan suci untuk para dewata dan ditemukannya seorang bayi disitu. Selanjutnya diangkat menjadi anaknya diberi nama Sakuntala karena pada waktu Mpu Kanwa menemukanya dijaga oleh burung-burung Sakunta. Demikianlah Sakuntala mengakhiri kisahnya.
Baginda yang telah terpukau oleh keelokkan Sakuntala, sangat berhasrat untuk memperistrikannya. Selanjutnya dilamarlah Ia. Raja berjanji akan memenuhi semua permintaan sang puteri termasuk kerajaan, dan membujuk Sakuntala agar melangsungkan perkawinan yang hanya berlandaskan kasih sayang dari kedua belah pihak tanpa disaksikan oleh seorangpun. Itulah perkawinan yang paling baik bagi Kasta Kesatria menurut Baginda.
Pada mulanya Sakuntala tidak mau, namun berkat bujuk rayu Baginda akhirnya ia menyetujui usul tersebut dengan syarat, bahwa Baginda berjanji putranya kelak akan dapat menggantikan Baginda menjadi Raja Hastinapura. Tanpa berpikir panjang Raja menyanggupinya maka berlangsunglah pernikahan tersebut. Begitu raja merasa sudah cukup waktu, ditinggalkannya Sakuntala dengan janji akan segera menitahkan utusan kerajaan untuk menjemput Sakuntala.
Tak lama kemudian Mpu Kanwa kembali, sang putri sangat malu atas kejadian yang menimpanya. Sang pertapa yang arif telah mengetahui segala-galanya, serta berkata bahwa putra Sakuntala kelak akan menjadi perkasa dan terpandang di dunia.
Sesudah genap bulannya, Sakuntala melahirkan seorang bayi laki-laki yang rupawan. Pada usia 6 tahun, semua binatang dapat dikendalikannya.
Tibalah saatnya Sakuntala membawa Sarwadamana ke istana dengan diiringi cantrik untuk meminta janji Raja yang akan menjadikan Sarwadamana sebagai putra mahkota pengganti Raja. Tetapi Sakuntala terkejut sekali bahwa raja mengingkari apa yang pernah dijanjikan kepadanya, bahkan raja menghinanya dengan kata-kata yang menyakitkan hati. Dengan hati yang sedih dan pilu Sakuntala pergi meninggalkan istana Raja. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit ditujukan kepada Raja Dusyanta yang sedang dikelilingi pegawai istana, para menteri dan guru-gurunya.
“Akuilah anakmu wahai Dusyanta, jangan menghina Sakuntala, dia telah berkata benar, dan namailah anakmu dengan “Bharata” dalam bahasa Sansekerta berbunyi “Bharasva” yang berarti terimalah dan akuilah. Mendengar suara tersebut Raja sangat bersukacita, bersabdalah beliau kepada para pegawai dan menteri-menterinya, bahwa anak Sakuntala memang puteranya, namun kalau Raja menerimanya hanya atas dasar kata-kata Sakuntala, hal itu akan merupakan noda bagi putranya.
Kemudian Baginda melakukan upacara-upacara suci sesuai dengan kewajiban sebagai seorang ayah, serta Sakuntala kini menjadi permaisuri Baginda yang diterimanya dengan penuh kasih sayang dan penghormatan.
Itulah kisah Bharata yang akhirnya menjadi Raja Hastinapura dan menjadi bakal Wangsa Bharata. (Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/kisah-sakuntala-ibu-kandung-bharata/ ).