PARA KORBAN MERAPI




MERAPI, sebuah gunung yang berbatasan antara wilayah Jawa Tengah dengan Yogyakarta. Merapi juga merupakan gugusan gunung berapi yang termuda di Jawa. Merapi mempunyai keunikan tersendiri di bandingkan gunung berapi yang lainnya. Merapi merupakan gunung yang teraktif di dunia dengan rutinitas erupsi hampir setiap 3 sampai 4 tahunan sekali. Merapi sering juga dikaitkan dengan cerita mistis yang menjadi kepercayaan orang-orang yang hidup di sekitarnya. Merapi mempunyai legenda tersendiri, misalnya seperti legenda Mbah Petruk. Dari sekian banyak cerita tentang Merapi, gunung tersebut tetaplah gunung yang mempunyai dua sisi yang berbeda. Satu sisi Merapi merupakan gunung yang sewaktu-waktu yang dapat membahayakan masyarakatnya dengan tingkat erupsi eksplosif yang cukup tinggi, beserta awan panas (Wedhus Gembel) yang teramat mematikan. Di sisi lain Merapi memberikan berkah yang tiada nilai harganya, dari kekayaan dan kesuburan alamnya yang melimpah beserta pasirnya yang mempunyai kwalitas istimewa dalam teknik seni bangun. Dengan alasan tersebut masyarakat setempat tetaplah bersikukuh untuk selalu menempati lingkungan tumpah darahnya.
Pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010, Merapi memperlihatkan kedigdayaannya. Merapi mengeluarkan beban yang ada di dalam tubuhnya yang berupa letusan yang teramat dahsyat. Letusan itu dibarengi dengan keluarnya lahar dan awan panas (wedus gembel) yang teramat panas dengan daya luncur yang begitu cepat sehingga meluluh lantakkan segala penghalang yang berada di depannya. Kejadiannyapun tidak hanya sekali tetapi beberapa kali dengan luas jangkauannya sampai 15 km lebih. Sehingga masyarakat yang di evakuasi sampai dengan jarak aman 20 km. Luar biasa...Kehendak dari Allah, manusia tiada daya untuk menangkalnya. Manusia hanya berusaha untuk berkaca diri atas segala kekurangan yang ada pada diri untuk memperbaikinya sehingga kemurkaan alam dapat di minimalkan. Letusannya tiada terduga, berkali-kali, kadang tenang tetapi dengan tiba-tiba meletus lagi dengan kedahsyatan yang lebih tinggi. Untuk itu cermin diri kita adalah memperbaiki segala tingkah laku yang merusak alam, merusak keseimbangan dalam kehidupan, meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan kita, apakah sebagian besar manusia telah melalaikan perintah dari Allah....melanggar segala syari'at yang telah di tetapkan. Semoga kejadian yang akan datang tidak sam[pai memakan korban yang sangat banyak. Seperti kejadian ini yang sampai menewaskan orang lebih dari 150 orang. Masyarakat juga dihimbau agar selalu mengikuti rambu-rambu yang telah di berikan....sehingga korban nyawa dapat dihindarkan.

Semua gambar di atas di ambil dari Harian Sore Wawasan yang terbit sore hari dari tanggal 27 Oktober sampai dengan tanggal 7 Nopember 2010. Artikel di tulis oleh Eko Kimianto.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
coompax-digital magazine