Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=110
DIANTARA BATAS, JARAK, RUANG DAN WAKTU: KARYA BAMBANG HARIYONORIYANTO
Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=110
LIE OF LIFE / ANGGA SUKMA PERMANA
KARYA LUKIS ANDI HARTANA
Kesombongan, keangkuhan, kemewahan, telah menjadi “Live style” masyarakat perkotaan, sikap individualisme pun menjadi rangkaiannya dalam gaya hidup tersebut, sehingga solidaritas kebersamaan dalam bermasyarakat menjadi sirna. Kearifan, keramahan yang menjadi harapan hanyalah menjadi text – text yang tersisa. Artikel diambil dari
FIGHT AGAINST POLUTION
FIGHT AGAINST POLLUTION
Dalam hal menanggapi kehidupan kota besar yang identik dengan pencemaran serta polusi yang berlebihan, kita harus memprovokasi diri sendiri untuk membangun dan merespon kemajuan teknologi dan industri agar selalu mempertimbangkan kehidupan masyarakat sekitar dan memprioritaskan penghijauan.
“ Tebarkan pesona hijau seiring modernisasi kota besar untuk melawan polusi...!!! “
Artikel diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=105
KARYA LUKIS AGUS PUTU SUYADNYA
Dalam karya ini pelukis mencoba memvisualisasikan sebuah kondisi kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, khususnya yang sering terjadi pada kota-kota besar / kota megapolitan, dimana sebagian besar gaya hidup masyarakat kota masa kini dalam kehidupannya semakin tenggelam ke dalam perpusaran hawa nafsunya, yakni semakin terbuai akan benda-benda, tanda-tanda dan makna-makna semu, sehingga menjadikannya sebagai makhluk consumer sejati. Pada era globalisasi ini pola hidup masyarakat masa kini cenderung terbuai akan produk-produk masa kini yang tergolong produk instan seperti makanan cepat saji (fastfood) yang mampu memberikan kesan praktis, efisien namun tetap mengandung nilai prestise yang mampu mendongkrak status social kehidupannya di masyarakat. Bagi kebanyakan orang, kota besar merupakan tempat untuk berlomba-lomba mengejar kedudukan, kekayaan, citra, prestise dan ketenarano, maka dari itu tidak dipungkiri kota-kota besar banyak ditinggali oleh penduduk urban dari berbagai penjuru yang mencoba untuk mencari peruntungannya di kota.
Disini pelukis menggambarkan sesosok figure manusia dengan karakter wayang (Gatot Kaca) yang bertubuh tambun sedang ketagihan makanan fast food yaitu makanan cepat saji yang dapat dimakan secepatnya tanpa repot-repot menyiapkannya (merupakan makanan hasil dari kebudayaan imperialis). Karakter wayang yang pelukis tampilkan dimaksudkan sebagai penggambaran dari kelokalan masyarakat Indonesia seutuhnya, yakni sebagai masyarakat madani yang memiliki dasar atau pola hidup dengan tradisi timur yang sarat akan nilai-nilai moral dan spiritual. Sedangkan bentuk figure bertubuh tambun, hal ini dimaksudkan sebagai visualisasi dari masyarakat Indonesia masa kini yang semakin hanyut dalam kondisi ektase konsumerisme, yakni kondisi masyarakat yang dalam perjalanan hidupnya semakin tenggelam dalam perpusaran hawa nafsunya, dimana secara tidak langsung telah mengakibatkan memudarnya nilai-nilai moral dan spiritual yang juga berdampak pada hilangnya sebuah jati diri / identitas bangsa. Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=100
SINGING TEARS / AJI TEJO WAHYU
TANDA PERBAIKAN HIDUP / AHMAD SANTOSO
http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=103
KARYA LUKIS DARI AGUNG HANAFI PURBOAJI
Sindurejan WB 3/92 Yogyakarta 55251
Permasalahn kota besar di seluruh dunia relative sama, terutama di Negara-negara dunia ketiga tidak terkecuali di Jakarta dimana berkumpulnya manusia dari berbagai macam latar belakang yang berbeda akan membawa segala permasalahan yang kompleks dan menjadi tugas setiap individu yang menghuni kota tersebut untuk mengatasi setiap persoalan, meskipun kadang bersinggungan untuk lebih mementingkan kepentingan bersama yang lebih besar dengan meminimalisir sekecil mungkin ada pihak yang dirugikan kepentingannya.
Jakarta sebagai kota terbesar dan terpadat di Indonesia dimana manusia dari berbagai daerah di Indonesia dan dunia berkumpul dengan harapan besar menjadi salah satu yang bisa “menaklukkan belantara” Jakarta dan keluar menjadi pemenang. Namun sayang banyak yang hanya mengandalkan kemampuan setengah-setengah dan menjadi masalah tersendiri, karena tingkat pendidikan dan kemampuan yang berbeda.
Dengan semakin banyaknya manusia yang tinggal di suatu daerah maka masalah transportasi menjadi salah satu masalah klasik yang paling susah dicari solusinya dari berbagai masalah yang ada dan menggiringnya.
Tampaknya segala upaya telah dilakukan pemerintah Jakarta, baik daerah maupun pusat untuk mengatasi masalah transportasi. Mulai pelebaran jalan, menambah jalan TOL, 3 in 1, Busway, KRL dll, sepertinya hanya berdampak sedikit mengatasi dari permasalahan yang ada, maka pemerintah mencoba mengambil kebijaksanaan terbaru dan mensosialisasikan sepeda menjadi alternatif untuk mengatasi masalah transportasi disamping sehat dan murah. Pemerintah mencoba memetakan jalan sebagai jalur khusus sepeda agar pengguna sepeda nyaman berkendara menyusuri jalan-jalan di Jakarta untuk melakukan aktifitasnya.
Harapan besar kalau program ini berhasil banyak dampak yang baik dan berbagai masalah mulai teratasi, mulai ekonomi, politik, social, budaya dan yang tidak kalah penting GLOBAL WARMING.
Sekarang tinggal tunggu waktu peran serta masyarakat untuk menyambut program ini, karena butuh peran serta masyarakat untuk mensukseskannya dan menjadi satu kesatuan yang utuh tidak setengah-setengah. Kalau setengah-setengah percuma saja, gaung ada tapi tidak mengatasi masalah. Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartaward.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=98
CITY OF TOMORROW : AGUNG SURYANTO
CITY OF
Narasi tentang
Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=99
KARYA LUKIS OMO, TAUFIK, IWAN ISMAEL DAN PAUL HENDRO
KARYA LUKIS JONGKO SOEPENO
LUKISAN KARYA EM CHAZIEQ
KARYA LUKIS DARI JAKA SP 4
KARYA LUKIS DARI JAKA SP 3
KARYA LUKIS DARI JAKA SP 2
Hutan Tropis, 2010, karya Jaka SP menggunakan media Acrylik on Canvas, 80 x 140 cm, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/
KARYA LUKIS DARI JAKA SP
PARA KORBAN MERAPI
Semua gambar di atas di ambil dari Harian Sore Wawasan yang terbit sore hari dari tanggal 27 Oktober sampai dengan tanggal 7 Nopember 2010. Artikel di tulis oleh Eko Kimianto.