Atasan Rajut Polos

Atasan Rajut V
Rp. 30.000

Untuk pembelian Grosir silahkan hub. 081236259804

HEAVEN CITY KARYA KIM SO YOUNG

Karya Kim So Young "HEAVEN CITY" yang berasal dari Korea selatan. Gambar diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=106

HEAVEN CITY, Karya Kim So young, 8 x 76,2 inch, c-print, 2010. Lukis ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=140

I have always imagined what my “heaven” would look like. Although I could not see the place, or dare to feel it with my fingers, I constantly have dreamed the “heaven” with all my possible imagination and intuition.
When I looked up the word, “heaven” in a dictionary, “heaven” was described as an utopia where God or “Absolute power” exist, or a place there is no limit, or the place where Christians believe to be saved after their deaths.
However, “heaven” depicted by Kim So-young in her works, is not directly to prove what faith is or what truth is. Rather, Kim has tried to show that heaven is the reflection of individuals’ favors and their desire in a form of paradise, specifically beyond time and space. She has mainly focused on describing this ideal space in her arts. Depends on what they have experienced from their surroundings, people imagine different ideal places; in other words, the context they are in, such as country, sex, religion, economical situation, and even their health, could immensely influence on their dream of ‘heaven.’ So it is possible that the image of ‘heaven’ for each individual would constantly be swayed by the change of environment. Indeed, ‘heaven’ or utopia is a very interesting concept since this can actively adjust to the change of one’s value without any limit.
In her first exhibition, “It Would be Heaven”, Kim has showed what heaven would look like to her personally. Kim has used collages, photos, and animation characters to describe her ideal place. Kim’s ‘heaven’ is full of pink: very luxurious, sweet and full of joy. It is very noticeable that anime characters are singing as a church quire in her heaven. So her heaven is somewhat fantastic as well as realistic.
However, from her last exhibition, some had opinion that Kim’s heaven did not look so real, or said “I can’t agree on your heaven, since my image of ‘heaven’ is very much so different from yours”. A few of them even expressed their doubts; “How could you call this “heaven”?” Since then Kim has started wondering what other people’s heaven would look like and what the real heaven should be like. She also has questioned what she missed from the ideal place. Throughout her works, Kim has asked people’s opinions to find what they really think about heaven; then, she tried to understand each individual’s ideal place without any prejudice. So she could prepare the next exhibition with others’ perspective on the image of heaven.
In this solo exhibition, Kim has titled her works as “Show Me Your Heaven” which signifies her intention to show how much the image of heaven could be different among people. The works in this exhibition reflect not only her thought of this magical place, but also the opinions from other people on heaven. Some may think, “Heaven is the place where there is no harm and no sorrow”, or “where sweet music is always on”, or “the place I can rest forever”. She has gained many ideas from those opinions about heaven so that she could sublimate those thought into art forms. Throughout this exhibition, Kim hopes those audiences who visit her exhibition to have a break from their work, and have a peaceful time to meditate what their utopia is while they are enjoying her works. (http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=140).

INSOMNIA SEBUAH KOTA, KARYA JUMARTONO

Potret Jumartono, seorang pelukis dari Lamongan, yang alamat lengkapnya di Jl. Basuki Rahmad Gg. V/16 Lamongan, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=153

INSOMNIA SEBUAH KOTA, karya Jumartono, dengan ukuran 140 x140 cm, media acrylic di atas batu, di buat pada tahun 2010. Salah satu karya dari 83 karya yang masuk ke dalam nominasi lomba International Painting Competition yang diadakan oleh Jakarta Art Awards tahun 2010 ini. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=139

RENUNGAN BUMI KARYA IWAN YUSUF

Potret Iwan Yusuf, asal Bone Bolango, lokasi Toto Utara, Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango. Potret diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=138

RENUNGAN BUMI, karya Iwan Yusuf,ukuran199 x 173 cm, media oil on canvas, di tahun 2010. Karya ini masuk ke dalam 83 nominator International Painting competition, Jakarta Art Awards 2010. Gambar diambil dari
http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=138

DIMENSI PERBURUAN KARYA IMAM ABDILLAH

Potret Imam Abdillah, salah satu peserta International Painting Competition, Jakarta Art Awards yang masuk dalam 83 nominator. Imam beralamat sesuai KTP : Pancakarya Blok 62 / 452 RT 002 RW 003 Rejosari, Semarang Timur 50125 atau Dn. Mrisi Yogyakarta. Potret diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=50

JAKARTA-MENJADI-GILA, karya Imam Abdillah, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=52

DIMENSI PERBURUAN, karya Imam Abdillah, ukuran 189 x 130 cm, media: oil on canvas, tahun 2010. Karya ini merupakan salah satu dari 83 nominator lomba International Painting Competition, Jakarta Art Awards pada tahun 2010. Lukisan diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=137

AWAS! REKLAMASI DIMULAI, KARYA I WAYAN DIANA

MELAWAN BELANDA : SPIRIT DARI JAKARTA (KENANGAN REVOLUSI), karya dari I Wayan Diana, beralamat di Dusun Banjar, Pakandelan, Batuan, Sukawati, Bali 80582. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=51

AWAS! REKLAMASI DIMULAI, karya I Wayan Diana, ukuran 70x120 cm, media: acrylic on canvas, 2009. Karya yang termasuk ke dalam 83 nominator International Painting Competition, yang diadakan oleh Jakarta Art Awards tahun 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=135

MENGGANTUNG HARAPAN, KARYA I MADE SUPENA

Potret dari I Made Supena, beralamat di Br. Mukti, Singapadu-Sukawati, Gianyar, Bali, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=108

MENGGANTUNG HARAPAN, karya I Made Supena, ukuran 185x200 cm, media: acrylic on canvas, 2008-2010. Salah satu karya yang masuk ke dalam 83 nominator lomba International Painting Competition yang diadakan oleh Jakarta Art Awards tahun 2010.
Kota besar bagaikan madu kehidupan yang sangat manis dan banyak masyarakat akan bergantung harapan sehingga sendi – sendi / aspek – aspek kehidupan dapat terealisasi dengan baik.

SALING BERHIMPITAN KARYA I MADE KENAK DWI ADNYANA

Potret I Made Kenak Dwi Adnyana, beralamat di Perum. Green House RI.10 Karang Kajen, Yogyakarta, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=119

SALING BERHIMPITAN, karya I Made Kenak Dwi Adnyana, ukuran 200x170 cm, tekstur pasta, acrylic,pensil di kanvas, 2010. Karya yang masuk dalam 83 nominator lomba International Painting Competition, Jakarta Art Awards 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=133

Dimasa globalisasi ini, laju pembangunan sangat cepat dalam perkembangannya. “Saling Berhimpitan” menggambarkan pertumbuhan pembangunan yang sangat padat, yang saling berhimpitan, berdesak – desakan, yang hanya menyisakan celah – celah kecil di sekitarnya. Bahkan diantara celah – celah kecil itupun tidak luput untuk diisi kembali, tanpa menghiraukan dampak yang akan ditimbulkan. Semua berharap dalam perkembangannya membawa dampak yang signifikan terhadap perubahan yang lebih baik. Jakarta sebagai ibu kota negara akan menjadi central perkembangan, tidak dapat dipungkiri Jakarta memberikan berjuta pesona kepada setiap orang. Banyak orang yang akan tergugah oleh pesona yang ditawarkan di ibukota sehingga lambat laun masyarakat urban akan semakin bertambah.

Dari ungkapan inilah saya mencoba merepresentasikannya lewat bahasa abstrak yang diekspresikan menjadi sebuah wujud visual yang representative.

Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=133

PERSIAPAN MENUJU KOTA JAKARTA, KARYA I KETUT SUDILA

Potret I Ketut Sudila, beralamat di Dusun/Br Kapit, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kab. Klungkung, Bali, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=122

PERSIAPAN MENUJU KOTA JAKARTA, karya I Ketut Sudila, 103x103 cm, acrylic on canvas, 2010. Karya ini termasuk ke dalam 83 nominator lomba International Painting Competition Jakarta Art Awards pada tahun 2010, gambar diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=132

BADUT-BADUT KOTA KITA, KARYA I KETUT SADIA



JAKARTA KONTEMPORER DAN GUBERNURNYA, karya I Ketut Sadia, seniman Bali yang beralamat di Banjar Pekandelan Batuan Sukawati Gianyar 80582, Bali. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=48

BADUT-BADUT KOTA KITA, karya I Ketut Sadia, ukuran 100x120 cm, media: akrilik di kanvas, tahun 2010. Salah satu karya dari peserta lomba International Painting Competition, Jakarta Awards 2010 yang masuk ke dalam 83 nominator terbaik. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=131

Masyarakat di berbagai kota di Indonesia selalu nampak tidak berbahagia. Demo terus menerus terjadi, dan perkelahialn antar kelompok tidak pernah surut. Mereka meributkan segala hal : dari uang kuliah, kenaikan tarif listrik, pemilukada, korupsi, skandal Bank Century dan lain – lain . Tapi untung kota besar seperti Jakarta, tempat semua unsur berkumpul, bisa menenangkan keributan dengan selalu menampilkan badut – badut, di arena jalanan sampai di televisi.

Badut – badut itu tidak hanya dipernakan oleh para pelawak, tapi juga oleh politikus , jaksa, hakim, polisi, petugas pajak, pengacara, pengusaha yang pandai berkilah dan berakting. Kehadiran “badut – badut” ini “menghibur”, bahkan bagi masyarakat kota Jakarta sendiri . Atau jangan – jangan malah menambah kacau keadaan ?.

Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=131

SALAH SASARAN, KARYA I GEDE OKA ASTAWA

Potret dari I Gede Oka Astawa, bertempat tinggal di Jl. KH Alimaksum, Sewon Bantul, Yogyakarta, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=137

SALAH SASARAN karya unggulan dari seniman muda I Gede Oka Astawa, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=130

SALAH SASARAN, karya I Gede Oka Astawa, ukuran 100x130cm, media: acrylic on canvas, tahun 2010. Salah satu dari 83 nominator peserta International Painting Competition, Jakarta Art Awards 2010. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=130

Kebijakan – kebijakan pemerintahan kita kadang kala disalah gunakan dan tidak tepat sasaran dengan kata lain melencengkan dari tujuan awalnya. Subsidi silang salah satunya yang banyak disalah gunakan untuk memperkaya diri ataupun perusahaannya dengan cara merusak hutan digantikan bangunan – bangunan bertingkat. Kebijakan pemerintah yang ngawur memberikan peluang bagi oknum – oknum tertentu melakukan misi yang tak bertanggung jawab . Itulah sekelumit permasalahan yang sering dihadapi di kota – kota besar untuk menjaga kotanya agar tetap nyaman, tenang dan makmur. Artikel ini diambil dari http: //www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=130

MIMPI TENTANG KOTA BESAR, KARYA HARDJANTO

Salah satu karya dari Hardjanto, Mimpi Tentang Kota Besar. Hardjanto adalah pelukis asal Yogyakarta, sekarang bertempat tinggal di Pasar Seni Ancol, Jl. Lodan Timur No.7 Blok C-5 Jakarta Utara, diambil dari http ://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=98

MIMPI TENTANG KOTA BESAR, karya Hardjanto, ukuran 200x200 cm, cat minyak diatas kanvas, 2010. Salah satu karya yang masuk dalam 83 nominator lomba International Painting Competition, Jakarta Art Awards tahun 2010. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=129

DI PERSIMPANGAN JALAN, KARYA HAMZAH

DI PERSIMPANGAN JALAN, karya Hamzah, ukuran 200x150 cm, media: acrylic on canvas, 2010. Hamzah beralamat di Jl. Dewi Sri No.40A, Tirtonirmolo,Kasihan,Bantul< href="http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=128">http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=128



Karya Dipersimpangan Jalan juga merupakan akumulasi dari pengalaman saya dengan keadaaan, ataupun suasana perkotaan, terutama kota metropolitan, kota – kota besar. Salah satu kota Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia yang sering saya datangi, baik untuk urusan bisnis, kantor, keluarga, dan berwisata. Pengalaman selama di Jakarta baik dalam kurun waktu beberapa bulan, sangat banyak hal – hal yang mengesankan, baik yang positif maupun yang negatif.Kaitannya dengan karya iniadalah kesan yang ada membuat saya merasakan adanya tekanan batinyang sangat tinggi, aura saya rasakan kehidupan kota sangat keras, padat ribut, atau bising dan semrawut.



Keadaaan ini dapat dirasakan pada persoalan lalu lintas , jalan – jalan sangat menguasai dan padat , penuh polusi udara,pembangunan jalan bangunan beton membludak, ditambah dengan kepadatan penduduk dan persoalan banjir akibat ketidak teraturan , sehingga membuat suasana menjadi runyam dan kacau saya ibarqatkan runyam dan kacaunya goresan , ciretan, dan gersang. Karya ini merupakan interpretasi dari perasaan yang kacau, gaduh, dan gundahnya hati. Apabila saya mengingat akan problematika kota besar , maka saya merasakan betapa hancurnya tatanan kehidupan yang di presentasikan oleh wajah yang carut marut, penuh goresan dan tekstur.



LANGIT EINSTEIN DAN SEMESTA YANG MEMBARA, KARYA GUNAWAN HANJAYA

JAKARTA DARI MATA DESA, karya Gunawan Hanjaya yang lain. Gunawan Hanjaya merupakan salah satu seniman dari Solo, yang beralamat di Jl. Jenggolo III No. 1 , Nusukan, Praon, Solo, Jawa Tengah. Lukisan diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=38

LANGIT EINSTEIN DAN SEMESTA YANG MEMBARA, karya dari Gunawan Hanjaya, ukuran 140x140 cm, media: Oil on Canvas, tahun 2010. Salah satu 83 nominator peserta lomba International Painting Competition, Jakarta Art Awards 2010. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=126
Einstein adalah ilmuwan paling genius di muka bumi. Namun ia akan berpikir tujuh keliling apabila memikirkan bumi dan alam semesta sekarang yang diancam global warming. Bila Einstein saja pusing, bagaimana yang lain ?

PAVOR NOCTURNUS, KARYA FAZAR ROMA AGUNG WIBISONO

Potret Fazar Roma Agung Wibisono, tempat tinggal: Jl. Awiligar No.120, RT 02 RW 13, Bandung, diambil dari http ://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=162

PAVOR NOCTURNUS, karya Fazar Roma Agung Wibisono, ukuran 150x200 cm, media: cat minyak diatas kanvas, 2009. Karya ini termasuk ke dalam 83 nominator International Painting Competition, Jakarta Art Awards 2010. Lukisan diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=125


DI SUDUT KOTA, KARYA M. FAQIH ALFYAN

Potret M Faqih Alfyan, Perum. Pendowo Harjo Indah Gang Gathotkaca No.12, Sewon Bantul, Yogyakarta, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=154

Di Sudut Kota, karya M Faqih Alfian, ukuran 150x155 cm, media: acrylic on canvas, 2010. Karya yang masuk dalam 83 nominator International Painting Competition, Jakarta Art Awards 2010. Lukisan diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=123

DI SUDUT KOTA

Jakarta!gedung tinggi,perkantoran,mall,ibukota,kota tua,surau keramaian,gemerlap lampu kota,metrolitan,ppoejabat tinggi,dan tak kenal waktu.Itulah beberapa kata yang tersirat tentang Jakarta.Dan itu menjadi faktor yang melekat pada diri Jakarta.
Namun,banyak faktor lain yang belum kita ketahui dan bahkan terlupakan.Menjadi bagian lain dari Jakarta,menjadi sisi lain dari Jakarta.Berada dalam suasana kekurangan dan keterbatasan sosial.Bertahan hidup dengan mengais sesuatu untuk sesuap nasi.Apapun dilakukan,berbagai cara mereka tempuh,dan kemanapun mereka jalani.Agar bertahan,mencoba lebih baik.Yaitu mereka yang berada di sudut kota.
Di balik gedung tinggi dan gemerlap lampu kota mereka berada.Ketakutan akan kekuasaan telah menjadi pengiring lagu tidur sehari-hari.Beralaskan tanah sudah menjadi hal yang wajar.Tak ada yang mereka harapkan,tak ada yang menjanjikan.Menjadi ironi di tengah keramaian kota.Banyak yang tertawa dan banyak yang menangis.
Yang lelah menanti hari,menunggu datangnya rezeki.Menelusuri semua sudut kota,tak pernah sebanding dengan yang telah diperbuat.Semua bisa berubah,dengan tak hanya tenggelam di layar kaca,dan juga merekam baik di dalam janji palsu.Tetapi pikiran dan pengorbanan yang dibutuhkan untuk mereka.''life is stage and we are all actor''(william shakespeare).Saatnya kita tahu,saatnya kita mengerti,dan saatnya kita berbuat.

Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=123

HERE WE ARE / INI JAKARTA (KITA) BUNG, KARYA FARHAN SIKI

Potret dari Farhan Siki, bertempat tinggal di Griya Perwita Wisata, BU.3, Jl. Kaliurang km.13,5 Besi, Yogyakarta 55581. Potret ini di ambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=124

HERE WE ARE/INI JAKARTA (KITA) BUNG, karya Farhan Siki, ukuran 200x200cm, media: acrylic dan cat semprot diatas kanvas, 2010. Salah satu karya peserta lomba International Painting Competition, Jakarta Art Awards 2010 yang masuk ke dalam 83 nominator terbaik. Lukisan ini di ambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=124

(D)ALAM KOTA(K)&NBSP: KARYA ERIANTO

Potret Erianto, Padang, beralamat di Jl. Asra Ujung Gang Sakato No.20 RT 01 RW 04 Kel. Dadok Tunggul Hitam Padang, Sumatera Barat, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=146

(D)ALAM KOTA(K), karya Erianto, ukuran 100 x 120cm, media: acrylic on canvas, 2010. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=121

(D)ALAM KOTA(K)

(D)alam Kota(K), secara visual adalah, “sebuah kotak yang berada dalam kotak” namun pada intinya adalah sebuah kehidupan kota atau alamnya kota, terutama kota besar, yang didalamnya sangat majemuk, tumpang tindih sehingga kita berfikiran bagaikan sebuah TEKA – TEKI, karena ada kotak dalam kotak dan didalamnya mungkin juga masih ada “sesuatu”, dan karya ini juga mampu membawa kita pada pandangan yang multi tafsir, dan memiliki pemaknaan yang saling terkait. Bisa dipandang sebagai Dalam Kotak, yang merupakan suatu keterbatasan ruang gerak terutama dalam masalah waktu tempat dan sebagainya, yang sering dirasa amat terbatas dan itu sangat bisa dirasakan Dalam kota (big city), yang selalu terpacu dengan waktu dan ditambah lagi dengan sistim pola kehidupan yang serba komplit mulai dari yang sangat sederhana (terbatas) sampai pada yang paling bebas (luas), aktivitas dan segala aspek kehidupan duniawi yang serba ada didalamnya dan itulah sebuah Alam Kota (big city), yang pada dasarnya diawali oleh kemajemukan, multi cultur, dan beraneka ragaman yang kala sulit dapat kita telusuri secara menyeluruh

Tapi ...yang lebih penting adalah Kota (big city), maupun “Kotak” mempunyai sebuah image yang bagus, karena keduanya memiliki persamaan arti, yaitu sebagai Tempat atau Wadah yang pada dasarnya adalah bertujuan demi keselamatan, kebaikan dn keamanan bagi sesuatu yang berada di dalamnya.

Contoh :
Kota besar merupakan tempat orang – orang menggantungkan harapan demi kehidupan mereka, dengan di kota mereka dapat mempertahan kelangsungan hidup mereka, dan kadang kala mampu untuk merubah nasib mereka kearah yang lebih baik. Walaupun kadang – kadang ada sebaliknya

Artikel diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=121

PUYENG RUMUS E= MC2, KARYA EKO SUPA

"PUYENG RUMUS E=MC2" karya Eko Supa, ukuran 100 x 150 cm, media: oil on canvas, 2010. Karya ini masuk ke dalam 83 nominator International Painting Competition, Jakarta Art Awards tahun 2010, dalam kategori untuk seniman lokal/Indonesia dengan tema Aspek-Aspek Kota Besar. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=120
Eko Supa adalah seorang seniman dari Purwodadi, yang bertempat tinggal di
Jl. Glugu, kebondalem RT 06 RW 14 No.12E, Purwodadi, Grobogan Jateng 58111. Dia merupakan salah satu seniman yang masuk ke dalam 83 nominator Kompetisi Seni Internasional yang di adakan oleh Jakarta Art Awards pada tanggal 20 Juli 2010.



WHERE DO I GROW UP, KARYA DJOEARI SOEBARDJA

Potret Djoeari Soebardja, Jl. Sudarno 25 Batu, Jawa Timur 65311, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=129

http://www.jakartaartawardsWHERE DO I GROW UP, karya Djoeari Soebardja, ukuran 200x150 cm, media: oil on canvas, 2009. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=119
Karya ini merupakan karya yang masuk ke dalam 83 nominator lomba International Painting Competition Jakarta Art Awards dengan tema untuk seniman lokal "Aspek-Aspek Kota Besar".

DI BALIK TEMBOK TETANGGA, : KARYA DESRAT FIANDA

Potret Desrat Fianda, Kersan RT 06 RW 05 Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul Yogyakarta. Karya ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=128

Di Balik Tembok Tetangga, karya Desrat Fianda, (200+10cm) x 200 cm(bentuk spanram segi enam, 2 jajaran genjang), acrylic diatas kanvas, 2010. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=118
Salah satu gambar ini masuk ke dalam 83 nominator International Painting Competition Jakarta Art Awards, Jakarta Art Awards, 2010.

SAYA BUKAN OKNUM SEBELAH SAYALAH OKNUMNYA, KARYA DANI HERIYANTO

Potret Dani "King" Heriyanto, Perum Karangjati Indah 2, Blok A3 No.8, Bantul, Yogyakarta, Salah satu seniman yang masuk 83 nominator International Painting Competitiopn, Jakarta Art Awards 2010. Tema untuk seniman lokal adalah "Aspek-Aspek Kota Besar" ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=120

Saya Bukan Oknum Sebelah Sayalah Oknumnya, Dani "King" Heriyanto, ukuran 140x150 cm, media: oil on canvas, 2010. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=117

SAYA BUKAN OKNUM SEBELAH SAYALAH OKNUMNYA

Banyak fenomena yang sangat spektakuler di jaman yang namanya kontemporer ini termasuk kalangan petinggi – petinggi negeri (indonesia ku) akhir – akhir ini. Kasus – kasus nan lucu dan menggemaskan mulai terkuak. Perampokan uang negara (korupsi) besar – besaran, kasus sindikat suap di segala lini, mafia hukum, penyalahgunaan kekuasaan dan lain sebagainya semakin seru untuk disimak dan di tonton.

Namun yang menarik dari semua itu adalah ini bagaikan sebuah cerita sandiwara sirkus (parodi indonesia), dimana setiap pemainnya menyuguhkan karakter lucu, pintar sekaligus bodoh dan kejam. Layak ditertawakan memang oleh masyarakat, namun juga kita disisni prihatin dan sedih kadang malah geram dengan ulah para dia dan mereka disana yang saling tudingdan tuduh bahwa yang bersalah adalah orang lain, padahal sebenarnya merekalah juga yang seharusnya dipersalahkan.

Dalam pemahaman saya sebagai seorang perupa kejadian tersebut diatas menjadi sebuah moment estetis yang sangat menggairahkan untuk dijadikan kedalam sebuah karya yang (seharusnya) sensasional, berkali – kali berita tersebut saya lihat dan saya dengar dari berbagai media informasi yang ada di negeriku indonesia ini. Dan rasanya ingin berkali – kali juga saya merespon dan menuangkan ide dan gagasan tentang berita bodoh tersebut kedalam berbagai ekspresi. Alhasil lukisan dengan judul Saya Bukan Oknum Sebelah Sayalah Oknumnya adalah akumulasi dari semua itu.

Dengan tidak bermaksud menyinggung atau menghina pihak manapun disini termasuk para dewan juri yang terhormat, kawan – kawan pejabat tinggi negara yang dicintai, sipir penjara, para pelukis sekarang yang kuran gsensitive terhadap fenomena – fenomena bangsa dan negara sendiri. Karya saya tersebut adalah karya yang original bertujuan untuk mengintrospeksi diri sendiri dan harapannya juga bisa menyentil......dengan bahasavisual yang saya hadirkan.

Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=117

SPECIAL MENU TODAY, HASIL KARYA CUCU RUCHYAT

Potret dari Cucu Ruchyat, Jl. Sukamanah No. 331, Majalaya, Bandung Selatan 40382. Salah satu dari 83 nominator peserta International Painting Competition Jakarta Art Awards 2010. Gambar diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=123

SPECIAL MENU TODAY, karya Cucu Ruchyat, ukuran 130x200cm, media: cat minyak pada kanvas, 2010. Lukisan ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=116

Ketat nya persaingan hidup di kota besar memaksa sebagian warganya menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya, syahwat terhadap materi menepikan norma-norma hukum yang ada, hingga yang terjadi kemudian hukum rimba menjadi pegangan. Si Kuat Memangsa Si Lemah.

Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=116

BI DKI, TERJEBAK MACET DI KOTA SENDIRI {GUBERNURNYA TAK BISA PULANG] KARYA CATUR BINA PRASETYO

Potret Catur Bina Prasetyo, Jl. Gedong Kiwo MJ I / 718, Yogyakarta 55142, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=25

Tak Urung Membaja Juga, karya Catur Bina Prasetyo, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=27

B1 DKI, Terjebak Macet di Kota Sendiri (Gubernurnya Tak Bisa Pulang), karya Catur Bina Prasetyo, 150x200cm, acrylic on canvas, 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=114

Permasalahan kota besar yang paling mendasar adalah kemacetan dalam lukisan saya ini merupakan sindiran tentang begitu parahnya dan kompleksnya masalah transportasi yang sulit dikendalikan, berjuta-juta kendaran baru dan mewah nampak lalu lalang tumpah ruah memenuhi ibu kota semantara mobil-mobil baru yang masih bertenger di dealer pun menawarkan pesona untuk segera berpindah tangan atas nama gengsi modernisme, tak pelak Gubernurnya dengan plat polisinya B I DKI pun tak bisa pulang apa mau dikata.
Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=114

SEJARAH, FILOSOFI DAN PLURALITAS YOGYAKARTA, KARYA ANDRES BUSRIANTO

Potret Andress Busrianto A, Dusun Geneng RT 04 Sewon, Bantul, Yogyakarta, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=111

Sejarah, Filosofi dan Pluralitas Yogyakarta, karya Andress Busrianto A, 140x180 cm, acrylic on canvas, 2010. Lukisan diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=113

Mengkaji pandangan tentang kota-kota besar di Indonesiasaat ini hal yang paling tampak tersirat ialah mengenai kemajuan yang dirasakan oleh penghuni kota itu sendiri serta kehadirannya muncul terpengaruhan terhadap kota – kota lainnya. Menyangkut kota – kota besar di Indonesia secara yuridis administratif selalu ditandai oleh kenampakan adanya wilayah ke desaan. Selanjutnya kebesaran sebuah kota di Indonesia tak lepas dari nilai sejarah, filosofi dan budaya yang dianut oleh masyarakat kota. Begitu kehadiran kota Yogyakarta pada karya ini yang secara sejarah dan filosofi budayanya sangat kokoh membesarkan citra dan makna yogyakarta sebagai kota istimewa.

Artikel di ambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=113

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
coompax-digital magazine