DIANTARA BATAS, JARAK, RUANG DAN WAKTU: KARYA BAMBANG HARIYONORIYANTO

Diantara Jarak, Batas, Ruang, dan waktu, karya Bambang Hariyono Riyanto,60x76 cm, pensil warna di kertas, 2009, diambil dari http ://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=110

Kelangsungan hidup suatu suku bangsa salah satunya ditentukan dengan identitas diri suku bangsa tersebut. Negara berkembang merupakan negara yang rawan akan identitas dirinya, apalagi dengan adanya globalisasi atau intervensi dari negara – negara maju. Banyak dari masyarakat di negara berkembang yang belum siap dengan adanya perubahan yang terjadi di negaranya, lalu mereka mencari identitas dirinya dengan mengadopsi kebudayaan – kebudayaan asing yang kadang justru bertentangan dengan adat maupun norma – norma yang berlaku di masyarakat itu sendiri. Kadang mereka juga tidak selektif dalam hal memilih mana yang baik dan yang buruk dalam mengadopsi kebudayaan – kebudayaan asing tersebut. Yang lebih parah lagi, bagi mereka sebuah identitas pribadi sudah cukup mewakili dirinya atau bangsanyatanpa dengan adanya landasan norma- norma yang berlaku di masyarakatnya. Yang akhirnya, terjadilah krisis identitas sehingga kesenjangan – kesenjangan sosial pun terjadi dan tak dapat terelakan lagi.
Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=110

LIE OF LIFE / ANGGA SUKMA PERMANA

Angga Sukma Permana, Yogyakarta, lokasi Pengasih RT 01 RW 01 Kel/Kec. Pengasih, Kulon Progo 55652, merupakan salah satu peserta yang masuk nominator 83 besar dalam International Painting Competition JAKARTA ART AWARD 2010. Potret diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=161

Lie Of Life, karya Angga sukma Permana, 200x122 cm, hardboardcut on canvas, 2010,http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=108

KARYA LUKIS ANDI HARTANA

LU...LU...GUA...GUA...! Karya Andi Hartana, 150 x 200 cm, acrylic on canvas, 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=106

Kesombongan, keangkuhan, kemewahan, telah menjadi “Live style” masyarakat perkotaan, sikap individualisme pun menjadi rangkaiannya dalam gaya hidup tersebut, sehingga solidaritas kebersamaan dalam bermasyarakat menjadi sirna. Kearifan, keramahan yang menjadi harapan hanyalah menjadi text – text yang tersisa. Artikel diambil dari

Atasan Lukis Love (New...)

Klik gambar untuk memperbesar

Harga Rp 25.000/ pcs

Bahan katun, sejuk dipakai, ukuran all size
Dapatkan potongan harga untuk pembelian min.12 pcs

FIGHT AGAINST POLUTION

Ampun Sutrisno, Jakarta, Pasar seni Ancol Blok C-31 Jakarta Utara, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=105

Fight Against Polution, karya Ampun Sutrisno, 150X 200 cm, media: acrylic on canvas, 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=105

FIGHT AGAINST POLLUTION

Disini saya menggambarkan icon Semar untuk mengenang sifat-sifat bijaksana beliau yang mampu mengimbangi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.
Dalam hal menanggapi kehidupan kota besar yang identik dengan pencemaran serta polusi yang berlebihan, kita harus memprovokasi diri sendiri untuk membangun dan merespon kemajuan teknologi dan industri agar selalu mempertimbangkan kehidupan masyarakat sekitar dan memprioritaskan penghijauan.
“ Tebarkan pesona hijau seiring modernisasi kota besar untuk melawan polusi...!!! “
“ Sehingga tercipta lingkungan hidup yang asri, dinamis dan maju terprogress. “
Artikel diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=105

KARYA LUKIS AGUS PUTU SUYADNYA

"KETAGIHAN MAKANAN FAST FOOD" karya Agus Putu Suyadnya, 150x150 cm, acrylic on canvas, 2009, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=100

Dalam karya ini pelukis mencoba memvisualisasikan sebuah kondisi kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, khususnya yang sering terjadi pada kota-kota besar / kota megapolitan, dimana sebagian besar gaya hidup masyarakat kota masa kini dalam kehidupannya semakin tenggelam ke dalam perpusaran hawa nafsunya, yakni semakin terbuai akan benda-benda, tanda-tanda dan makna-makna semu, sehingga menjadikannya sebagai makhluk consumer sejati. Pada era globalisasi ini pola hidup masyarakat masa kini cenderung terbuai akan produk-produk masa kini yang tergolong produk instan seperti makanan cepat saji (fastfood) yang mampu memberikan kesan praktis, efisien namun tetap mengandung nilai prestise yang mampu mendongkrak status social kehidupannya di masyarakat. Bagi kebanyakan orang, kota besar merupakan tempat untuk berlomba-lomba mengejar kedudukan, kekayaan, citra, prestise dan ketenarano, maka dari itu tidak dipungkiri kota-kota besar banyak ditinggali oleh penduduk urban dari berbagai penjuru yang mencoba untuk mencari peruntungannya di kota.

Disini pelukis menggambarkan sesosok figure manusia dengan karakter wayang (Gatot Kaca) yang bertubuh tambun sedang ketagihan makanan fast food yaitu makanan cepat saji yang dapat dimakan secepatnya tanpa repot-repot menyiapkannya (merupakan makanan hasil dari kebudayaan imperialis). Karakter wayang yang pelukis tampilkan dimaksudkan sebagai penggambaran dari kelokalan masyarakat Indonesia seutuhnya, yakni sebagai masyarakat madani yang memiliki dasar atau pola hidup dengan tradisi timur yang sarat akan nilai-nilai moral dan spiritual. Sedangkan bentuk figure bertubuh tambun, hal ini dimaksudkan sebagai visualisasi dari masyarakat Indonesia masa kini yang semakin hanyut dalam kondisi ektase konsumerisme, yakni kondisi masyarakat yang dalam perjalanan hidupnya semakin tenggelam dalam perpusaran hawa nafsunya, dimana secara tidak langsung telah mengakibatkan memudarnya nilai-nilai moral dan spiritual yang juga berdampak pada hilangnya sebuah jati diri / identitas bangsa. Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=100




SINGING TEARS / AJI TEJO WAHYU

'SINGING TEARS" karya Aji Tejo Wahyu, 100 x 120 cm, media: acrylic on canvas, 2010. Lukisan diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=104
Karya ini yang disertakan pada ajang International Painting Competition Jakarta Art Awards. Karya ini merupakan salah satu nominator yang masuk ke dalam 83 karya pilihan terbaik versi juri pada ajang Kompetisi Seni Lukis Internasional Jakarta Art Award pada tanggal 30 Juli 2010.

TANDA PERBAIKAN HIDUP / AHMAD SANTOSO

Tanda Perbaikan Hidup, karya Ahmad Santoso, 160 x 200 cm, pensil di kanvas, 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=103

Karya ini menceritakan situasi masyarakat kota besar yang memungkinakn gedung – gedung tak perpagar tembok dengan tetangga agar terjadi keakraban antara lingkungan dan masyarakatnya supaya sedikit mengikis sikap individualistik dan gaya hidup dominan. Saya merupamakan dari wajah ibu kota yang hidup sepenuhnya dengan maksud nyaman, tentram dan bisa di nikmati seluruh warganya. Artikel ini diambil dari
http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=103

KARYA LUKIS DARI AGUNG HANAFI PURBOAJI

AGUNG HANAFI PURBOAJI, seorang seniman asal Yoyakarta, berlokasi di
Sindurejan WB 3/92 Yogyakarta 55251

Kring-kring Gowes-Gowes, karya Agung Hanafi Purboaji, 145x200 cm, mix media, 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=98

Permasalahn kota besar di seluruh dunia relative sama, terutama di Negara-negara dunia ketiga tidak terkecuali di Jakarta dimana berkumpulnya manusia dari berbagai macam latar belakang yang berbeda akan membawa segala permasalahan yang kompleks dan menjadi tugas setiap individu yang menghuni kota tersebut untuk mengatasi setiap persoalan, meskipun kadang bersinggungan untuk lebih mementingkan kepentingan bersama yang lebih besar dengan meminimalisir sekecil mungkin ada pihak yang dirugikan kepentingannya.

Jakarta sebagai kota terbesar dan terpadat di Indonesia dimana manusia dari berbagai daerah di Indonesia dan dunia berkumpul dengan harapan besar menjadi salah satu yang bisa “menaklukkan belantara” Jakarta dan keluar menjadi pemenang. Namun sayang banyak yang hanya mengandalkan kemampuan setengah-setengah dan menjadi masalah tersendiri, karena tingkat pendidikan dan kemampuan yang berbeda.

Dengan semakin banyaknya manusia yang tinggal di suatu daerah maka masalah transportasi menjadi salah satu masalah klasik yang paling susah dicari solusinya dari berbagai masalah yang ada dan menggiringnya.

Tampaknya segala upaya telah dilakukan pemerintah Jakarta, baik daerah maupun pusat untuk mengatasi masalah transportasi. Mulai pelebaran jalan, menambah jalan TOL, 3 in 1, Busway, KRL dll, sepertinya hanya berdampak sedikit mengatasi dari permasalahan yang ada, maka pemerintah mencoba mengambil kebijaksanaan terbaru dan mensosialisasikan sepeda menjadi alternatif untuk mengatasi masalah transportasi disamping sehat dan murah. Pemerintah mencoba memetakan jalan sebagai jalur khusus sepeda agar pengguna sepeda nyaman berkendara menyusuri jalan-jalan di Jakarta untuk melakukan aktifitasnya.

Harapan besar kalau program ini berhasil banyak dampak yang baik dan berbagai masalah mulai teratasi, mulai ekonomi, politik, social, budaya dan yang tidak kalah penting GLOBAL WARMING.

Sekarang tinggal tunggu waktu peran serta masyarakat untuk menyambut program ini, karena butuh peran serta masyarakat untuk mensukseskannya dan menjadi satu kesatuan yang utuh tidak setengah-setengah. Kalau setengah-setengah percuma saja, gaung ada tapi tidak mengatasi masalah. Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartaward.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=98




CITY OF TOMORROW : AGUNG SURYANTO

Agung"tato' Suryanto, Surabaya, foto ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=pelukis.profile&id=156



City Of Tomorrow, hasil karya Agung "Tattoo" Suryanto, 200 x 200 cm, media: acrylic, pensil di kanvas, 2010, diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=99



CITY OF TOMORROW

Narasi tentang kota masa depan – City of tomorrow. Adalah tentang kota yang beraktifitas dan hidup selama 24 jam penuh tanpa henti. Seperti halnya mesin pabrik yang sedang berproduksi.

Kota yang tiada pernah tidur, baik siang maupun malam.

Kota yang berisikan ruang-ruang yang saling mengisi, tumpang tindih, menghimpit, bahkan sampai pada perebutan ruang. Dari ruang ruang bawah – atas, dari darat – udara, dari hunian sampai komersial.

Kota yang tersusun dari ruang-ruang yang terbolak-balik, saling sengkarut, tanpa adanya ‘gravitasi’ yang absolut.

Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=99





KARYA LUKIS OMO, TAUFIK, IWAN ISMAEL DAN PAUL HENDRO

KARYA LUKIS JONGKO SOEPENO

KARYA LUKIS DARI JAKA SP 4

Landscape, 2008, karya Jaka SP, cat minyak di atas kanvas, dengan ukuran 70 X 90 cm. Lukisan ini diambil dari http://www.denindoauctionhouse.com/14maret09/lot%20001-033/images/019.jpg

Jalan Menuju Desa, 2010 Acrylik on Canvas 100 X 150 Cm, karya Jaka SP, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/gallery-joko-sp/

KARYA LUKIS DARI JAKA SP 3

Air Terjun, 2009, 100 X 150 Cm, karya Jaka sp. Gambar diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/gallery-joko-sp/

Pemandangan Alam, 2007, 100 X 200 Cm, karya Jaka SP, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/gallery-joko-sp/

Landscape, 2008, Jaka SP,80 X 140 Cm, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/gallery-joko-sp/

Panen Teh, 2010, Jaka SP, Acrylik on Canvas 90 X 150 Cm, diambil dari http://jakasppainter.files.wordpress.com/2009/06/j-073.jpg

Jaka SP, Jalan Setapak, Acrylik on Canvas, 2009, 70 X 90 Cm, diambil dari http://studio18.wordpress.com/gallery/

KARYA LUKIS DARI JAKA SP 2

Lukisan karya Jaka SP, diambil dari http://pasrenklaten.wordpress.com/

Kawanan Rusa, 2010, karya Jaka SP pada media Acrylik on Canvas, 100 x 200 Cm, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/

Harvest, 2010, karya Jaka SP pada media Acrylik on Canvas, 90 X 150 Cm, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/

Pemandangan Alam, 2006, karya Jaka SP, dengan menggunakan Acrylik on Canvas, 100 X 200 Cm, Koleksi: KBRI Singapura, diambil dari
http://jakasppainter.wordpress.com/

Hutan Tropis, 2010, karya Jaka SP menggunakan media Acrylik on Canvas, 80 x 140 cm, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/

Damai Alamku, 2010, karya Jaka SP dengan media Acrylik on Canvas, 150 x300 Cm, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/

Sawah di Tepian Desa, 2010, karya Jaka SP dengan menggunakan media Acrylik on Canvas, 90 X 150 Cm, diambil dari http://jakasppainter.wordpress.com/

KARYA LUKIS DARI JAKA SP

Pemandangan Alam, 2009, Acrylik on Canvas, 80 X 140 Cm. Lukisan ini diambil dari http://jakaespe.blogspot.com/



Panen Padi, 2008, Acrylik on Canvas, 70 X 90 Cm, Lukisan ini diambil dari http://id.www.mozilla.com/id/firefox/central/


Panen Raya, 2009, Acrylik on Canvas, 100 X 150 Cm, Lukisan ini diambil dari http://jakaespe.blogspot.com/

Hutan 2, 2010, Acrylik on Canvas, 100 X 150 Cm, lukisan ini diambil dari http://jakaespe.blogspot.com/2009/06/gallery.html

Air Terjun, 2010, Acrylik on Canvas, 100 X 150 Cm, lukisan ini diambil dari http://jakaespe.blogspot.com/2009/06/gallery.html

Kawanan Rusa, 2010, Acrylik on Canvas, 100 X 200 Cm. Lukisan ini diambil dari http://jakaespe.blogspot.com/2009/06/gallery.htm

PARA KORBAN MERAPI




MERAPI, sebuah gunung yang berbatasan antara wilayah Jawa Tengah dengan Yogyakarta. Merapi juga merupakan gugusan gunung berapi yang termuda di Jawa. Merapi mempunyai keunikan tersendiri di bandingkan gunung berapi yang lainnya. Merapi merupakan gunung yang teraktif di dunia dengan rutinitas erupsi hampir setiap 3 sampai 4 tahunan sekali. Merapi sering juga dikaitkan dengan cerita mistis yang menjadi kepercayaan orang-orang yang hidup di sekitarnya. Merapi mempunyai legenda tersendiri, misalnya seperti legenda Mbah Petruk. Dari sekian banyak cerita tentang Merapi, gunung tersebut tetaplah gunung yang mempunyai dua sisi yang berbeda. Satu sisi Merapi merupakan gunung yang sewaktu-waktu yang dapat membahayakan masyarakatnya dengan tingkat erupsi eksplosif yang cukup tinggi, beserta awan panas (Wedhus Gembel) yang teramat mematikan. Di sisi lain Merapi memberikan berkah yang tiada nilai harganya, dari kekayaan dan kesuburan alamnya yang melimpah beserta pasirnya yang mempunyai kwalitas istimewa dalam teknik seni bangun. Dengan alasan tersebut masyarakat setempat tetaplah bersikukuh untuk selalu menempati lingkungan tumpah darahnya.
Pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010, Merapi memperlihatkan kedigdayaannya. Merapi mengeluarkan beban yang ada di dalam tubuhnya yang berupa letusan yang teramat dahsyat. Letusan itu dibarengi dengan keluarnya lahar dan awan panas (wedus gembel) yang teramat panas dengan daya luncur yang begitu cepat sehingga meluluh lantakkan segala penghalang yang berada di depannya. Kejadiannyapun tidak hanya sekali tetapi beberapa kali dengan luas jangkauannya sampai 15 km lebih. Sehingga masyarakat yang di evakuasi sampai dengan jarak aman 20 km. Luar biasa...Kehendak dari Allah, manusia tiada daya untuk menangkalnya. Manusia hanya berusaha untuk berkaca diri atas segala kekurangan yang ada pada diri untuk memperbaikinya sehingga kemurkaan alam dapat di minimalkan. Letusannya tiada terduga, berkali-kali, kadang tenang tetapi dengan tiba-tiba meletus lagi dengan kedahsyatan yang lebih tinggi. Untuk itu cermin diri kita adalah memperbaiki segala tingkah laku yang merusak alam, merusak keseimbangan dalam kehidupan, meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan kita, apakah sebagian besar manusia telah melalaikan perintah dari Allah....melanggar segala syari'at yang telah di tetapkan. Semoga kejadian yang akan datang tidak sam[pai memakan korban yang sangat banyak. Seperti kejadian ini yang sampai menewaskan orang lebih dari 150 orang. Masyarakat juga dihimbau agar selalu mengikuti rambu-rambu yang telah di berikan....sehingga korban nyawa dapat dihindarkan.

Semua gambar di atas di ambil dari Harian Sore Wawasan yang terbit sore hari dari tanggal 27 Oktober sampai dengan tanggal 7 Nopember 2010. Artikel di tulis oleh Eko Kimianto.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
coompax-digital magazine