Banjaran Cerita Pandawa (25) Pandawa Papa

Harjuna ketika dalam perjalanan mencari air (karya Herjaka HS), Gambar ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/banjaran-cerita-pandawa-31-pandhawa-papa/

Banjaran Cerita Pandawa (25) Pandawa Papa

Prabu Duryodana dihadap oleh pendeta Durna, Patih Sakuni, Kartamarma dan warga Korawa. Raja memberi tahu tentang berita para Pandhawa. Dikatakan, Pandhawa berada di Girikandha. Mereka berganti nama. Raja lalu minta agar padepokan Girikandha dihancurkan, para Pandhawa supaya dimusnahkannya. Patih Sakuni diminta menyiapkan perajurit dan melaksanakan perintah raja.

Prabu Duryodana membubarkan sidang, lalu masuk ke istana permaisuri, dan memberitahu kepada permaisuri tentang rencana pemusnahannya Pandhawa. Banowati sedih dan sayang kepada para Pandhawa.

Prabu Duryodana bersamadi memanjatkan doa.

Patih Sakuni menemui Basukarna, Dursasana, Jayadrata, Citraksa, Citraksi dan Aswatama. Mereka berunding tentang perintah raja. Mereka bersiap-siap berangkat ke Girikandha.

Bagawan Selaraja dihadap oleh Jalasangara, Puthut Parandaka, Kunthi dan para Pandhawa. Perajurit Korawa datang menyerang. Pandhawa lari bersembunyi ke hutan. Padepokan Girikandha dirusak, sang bagawan dan para murid melarikan diri.

Kunthi dan para Pandhawa berjalan menyusuri hutan. Pinten dan Tangsen kehausan. Arjuna disuruh mencari air.

Arjuna dan para panakawan pergi mencari air. Di tengah perjalanan diserang raksasa suami isteri. Arjuna melawan dua raksasa. Raksasa dipanah berubah rupa menjadi Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih. Arjuna menghormat, Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih memberi doa restu, lalu kembali ke Kahyangan.

Arjuna melanjutkan pencarian air, dan dapat menemukan sendang. Arjuna segera mengambil air sendang untuk saudara-saudaranya.

Air sendang diserahkan kepada ibunya. Semua minum air, kecuali Semar. Semua yang minum air mati. Semar marah, sendang dikeringkan airnya. Lalu datanglah jin minta hidup, air sendang minta tidak dikeringkannya. Semar berhenti membuang air sendang, lalu diberi air hidup untuk menghidupkan Kunthi dan anak-anaknya. Setelah hidup kembali, mereka meneruskan perjalanan. Masing-masing berganti nama. Kunthi bernama Endhang Rini, Yudisthira bernama Tandha Dwijakangka, Bima bernama Bilawa, Arjuna bernama Kandhi Wrahatnala, Nakula bernama Tripala dan Sadewa bernama Darmagati

Bagawan Sutikna yang tinggal di Wukir Manikmaya, dihadap oleh Endhang Suki dan Endhang Suketi. Mereka berdua bermimpi, bertemu dengan Wasi Jalasangara dan Puthut Parandaka. Tiba-tiba dua ksatria itu datang terbawa angin. Dua remaja itu diambil menantu oleh oleh Bagawan Sutikna.

Korawa datang merusak padepokan Wukir Manikmaya. Sang Bagawan melarikan diri, lari meninggalkan padepokan

Prabu Matswapati raja Wiratha, duduk di atas singhasana, dihadap oleh Seta, Utara, Wratsangka dan Nirbita. Tengah mereka berbincang-bincang datanglah Bagawan Sutikna minta perlindungan karena diusir oleh Korawa.

Perajurit Korawa datang di Wiratha, minta supaya menyerahkan Bagawan Sutikna. Raja Matswapati tidak mau menyerahkannya, para Korawa mengamuk. Seta, Utara dan Wratsangka berhasil mencerai-beraikan Korawa. Pertempuran selesai.

Bagawan Sutikna dan keluarga Wiratha mengadakan pesta bersama.

R.S. Subalidinata
Kodiran. Pakem Pedalangan Ringgit Purwa, 1967:63-68

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
coompax-digital magazine