ENAM RIBU GURU IKUTI UPACARA HARI PGRI DI KENDAL

Para Guru sangat antusias sekali mengikuti apel Akbar hari Guru dan PGRI yang diikuti lebih dari 6000 guru di Stadion Madya Kendal...tetap semangat, disiplin dan bertanggung jawab terhadap pendidikan bangsa Indonesia

Motif ukiran Nusantara yang menghiasi baju PGRI menghantar para guru untuk lebih mengenal budaya Nasional Indonesia, kekompakan tetap terjaga pada saat hadir dala apel hari Guru dan PGRI ke 64

Para guru bersenda gurau di sela-sela menunggu apel hari Guru Nasional dan PGRI di Stadion Madya Kendal dengan memakai baju batik bermotifkan lambang PGRI

Pak Ali (guru Seni Rupa), Pak yusuf (guru Agama) dan Pak Mugiyarto (guru Bahasa Indonesia) dengan karakter penampilan mereka masing-masing bersatu padu berseragam Batik PGRI (dalam Rangka Apel Akbar Hari Guru dan PGRI ke 64).

Yach...saya (guru) harus selalu terdepan untuk memajukan pendidikan Indonesia. Hidup Guru.......hidup PGRI, kami akan berusaha sekuat tenaga demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Kami tidak butuh sanjungan atau apapun juga, yang kami butuhkan adalah dukungan perjuangan kami dan hilangkan prasangka buruk, iri dan dengki terhadap kami. Kami iklas berjuang mendidik tunas-tunas bangsa Indonesia ini.

Selayaknya ibu-ibu guru ini mendapatkan penghargaan berupa sertifikasi guru dan tunjangan lainnya, janganlah merasa iri dan memandang berbagai hal yang bersifat negatif terhadap citra guru. Hanya manusia yang tidak beradab sajalah yang merasa iri dan dengki terhadap penghargaan yang diberikan kepada guru. Allah dan RosulNya saja selalu menyuruh umatnya untuk selalu menghormati dan menghargai seorang guru. Janganlah dipersulit perjuangan dan penghargaan untuk mereka (para guru). Bangsa yang maju akan selalu memberikan porsi terdepan untuk PARA PENDIDIK BANGSA ini.

MOTIF CIREBON



MOTIF CIREBON

Bentuk ukiran daun motif Cirebon ini berbentuk cembung dan cekung (campuran). Corak motif ukiran ini ada yang berbentuk karang adapula yang berbentuk awan, menyerupai ukiran Tiongkok. Ukiran corak ini kurang begitu dikenal, karena ukiran ini kebanyakan hanya dipakai untuk hiasan bangunan rumah saja.Untuk fungsi-fungsi yang lain memang jarang ditemukan, apalagi yang hanya berfungsi sebagai hiasan semata, hampir sama sekali tidak dijumpai. Kalaupun ditemukan hiasan di luar bangunan rumah, motif yang dijumpai tersebut bukanlah murni motif Cirebon, tetapi motif pengembangan dari motif Cirebon tersebut. Pencampuran yang semacam ini sudah tidak tergolong ke dalam motif ukir tradisional Jawa, tetapi termasuk ke dalam motif modern atau mungkin juga motif kontemporer.

BENTUK ANGKUP.

Motif Cirebon ini mempunyai angkup yang pada bagian ujungnya melingkari ikal daun patran, yang tumbuh dimuka daun pokok. Motif ini memang mempunyai bentuk angkup yang berbeda dengan bentuk angkup pada motif-motif tradisional lainnya. Bentuk ini bisa juga dikatakan sebagai bentuk kekhasan pada motif Cirebon ini.



UKIRAN MOTIF JEPARA



MOTIF JEPARA

CIRI-CIRI UMUM DAN KHUSUS:

Bentuk –bentuk ukiran daun pada motif ini berbentuk segitiga dan miring. Pada setiap ujung daun biasanya terdapat bakal bunga ataupun buah dengan bentuk melingkar. Bentuk lingkaran ini tidak hanya tunggal, tetapi bentuknya lebih dari satu atau bertingakat. Lingkaran pada pangkal lebih besar, semakin ke ujung semakin mengecil. Ada juga bakal bunga atau buah berbentuk lingkaran besar yang dikelilingi beberapa lingkaran kecil.

BENTUK MOTIF :

1. DAUN POKOK.

Daun pokok motif ini mempunyai corak tersendiri, yaitu merelung-relung dan melingkar. Pada penghabisan relung tersebut terdapat daun yang menggerombol.

Bentuk ukiran daun pokok merelung-relung ini bila diiris berpenampang prisma segitiga.

2. BUNGA DAN BUAH.

Bunga dan buah pada motif Jepara ini berbentuk cembung (bulatan) seperti buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung relung yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk daunnya.

3. PECAHAN.

Pada pecahan ukiran daun motif ini terdapat 3 pecahan garis yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar.

4. KETERANGAN: Ukiran motif Jepara ini kebanyakan alas atau dasarnya dibuat tidak begitu dalam,bahkan sering dibuat dengan dasar (tembus), ukiran ini sering disebut ukiran krawangan atau ukiran dasar tembus. Ukiran motif Jepara ini sering dipakai untuk menghias barang-barang kerajinan.



SENI UKIR KALIGRAFI KARYA EKO KIMIANTO



Seni ukir kaligrafi karya eko kimianto

1. Kaligrafi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kaligrafi, dari bahasa Yunani; καλλι "keindahan" + γραφος "menulis" ) Bahasa Jepang Nihongo 日本語) adalah seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Tulisan dalam bentuk kaligrafi biasanya tidak untuk dibaca dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, karena sifatnya yang membuat mata cepat lelah. Karena itulah sangat sulit menemukan contoh kaligrafi sebagai tipografi buku-buku masa kini.

Meskipun kaligrafi dalam tulisan arab lebih dikenal, tetapi banyak pula penerapan aplikasi ke dalam tulisan latin.

Di dalam seni rupa Islam, tulisan arab seringkali dibuat kaligrafi. Biasanya isinya disadur ayat-ayat Al-Quran. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau kulit.

Salah satu bentuk penerapan kaligrafi Islam sebagai seni hias adalah di Istana Al Hamra, Spanyol.

2. Seni Ukir Kaligrafi

Seni ukir kaligrafi adalah perpaduan 2 jenis karya seni rupa yang berbentuk ragam hias. Ragam hias di sini maksudnya adalah satu bentuk keindahan untuk mengisi suatu bidang tertentu, baik yang berupa 2 dimensional maupun 3 dimensional. Perpaduan 2 jenis karya seni rupa tersebut adalah perpaduan antara seni ukir dengan seni kaligrafi. Seni ukir lebih kita kenal dengan adanya visualisasi bentuk stilasi. Stilasi merupakan cara mengubah dan menyederhanakan bentuk asli menjadi bentuk lain yang dikehendaki untuk mencapai tingkat keindahan tertentu. Keindahan ini bisa dituangkan pada media.kayu, logam, tanah liat maupun batu. Teknik yang digunakan biasanya berupa teknik pahat, apabila pada proses pembuatannya di tatahkan secara langsung pada media tersebut. Ada pula yang menggunakan teknik cetak yaitu suatu teknik untuk memperbanyak jumlah karya seni dengan media cetakan (alat/sarana untuk menghasilkan karya lebih dari satu dengan hasil yang sama).

Seni ukir kaligrafi merupakan bentuk keindahan huruf yang dituangkan/divisualisasikan pada tempat tertentu ( bisa dari kayu, logam maupun bebatuan) dengan menggunakan teknik-teknik yang biasa dipakai untuk mengukir, seperti misalnya dengan teknik pahat. Langkah yang harus ditempuh adalah mendesain bentuk kaligrafinya terlebih dahulu misalnya pada sebuah kayu. Desain itu berupa gambar rancangan yang nantinya sebagai dasar kontur untuk diikuti alurnya dalam mengukir. Setelah desain gambar dapat diselesaikan, mulailah proses pembuatan bentuk ukirannya. Proses pengukiran pada media kayu, mulailah menggunakan tatah dengan penggunaan teknik yang benar. Penatahan pada ukir ini mengikuti bentuk desain awal, sehingga hasil akhirnya tidak melenceng terlalu jauh dengan tema yang telah direncanakan.

Perpaduan kaligrafi dengan ukir ini mempunyai arti bahwa keindahan seni tulis menulis dapat dituangkan pada bidang yang biasa digunakan untuk mengukir. Tidak hanya sekedar bidangnya saja, tetapi bentuk dan hasil karyanya juga harus dapat dikategorikan ke dalam seni ukir. Penerapan pada ukir haruslah menyeluruh, semua bentuk kaligrafi yang diciptakan haruslah masuk dalam kriteria ukir. Sehingga orang awampun dapat membedakan kaligrafi ukir dengan gambar/lukisan kaligrafi.



Seni ukir kaligrafi "BISMILLAHIRROHMANIRROKHIM" karya Eko Kimianto tahun 1991



3.Seni Ukir Kaligrafi : Eko Kimianto

Karya seni ukir yang ditampilkan pada gambar di atas adalah hasil karya cipta Eko Kimianto. Tema tulisan yang dituangkan dalam bentuk ukiran tersebut adalah Bismillahirrohmanirrokhim. Judul tersebut untuk mempertegas setiap kaum muslim dalam memulai setiap tindakan haruslah mengucapkan Basmallah terlebih dahulu. Setiap tindakan yang akan kita lakukan haruslah mengatasnamakan Allah, karena Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Segalanya. Untuk itulah dalam menciptakan karya ini mengandung maksud untuk mengingatkan kembali manusia kepada Khaliknya, yang telah menciptakan segala yang ada di alam semesta ini.

Seni ukir kaligrafi pada gambar di atas, terbuat dari bahan kayu jati yang berukuran kurang lebih 40 x 60 cm. Teknik yang diguanakan adalah teknik pahat. Teknik pahat adalah suatu teknik membuat ukiran dengan cara memahat bidang ukir (kayu, batu) dengan menggunakan tatah ukir. Tatah ukir yang digunakan disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan dalam objek ukir kaligrafi tersebut.

Alat-alat ukir yang digunakan untuk membuat ukiran kaligrafi di atas adalah

  1. Pahat ukir
  2. Palu dari kayu (Ganden)
  3. Batu asah
  4. Sikat dari ijuk
  5. Pensil
  6. Meteran
  7. Jangka
  8. Kain perca (bekas)

Jumlah tatah/pahat ukir kayu yang diperlukan untuk mengukir adalah 36 batang, yang terdiri dari:

  1. Pahat kuku sebanyak 20 batang
  2. Pahat lurus sebanyak 10 batang
  3. Pahat setengah bulatan sebanyak 5 batang
  4. Pahat miring sebanyak 1 batang

(Untuk nomer 2. Seni ukir Kaligrafi dan nomer 3. Seni Ukir Kaligrafi: Eko Kimianto ditulis langsung oleh eko kimianto dalam artkimianto.blogspot.com).



KERAMIK HASIL KARYA CIPTA YAMAN



























KERAMIK HASIL KARYA CIPTA YAMAN

Yaman adalah seorang sahabat sekaligus seorang pengrajin keramik maupun gerabah. Banyak karya ciptanya yang telah dipasarkan dan laku terjual, walaupun hasil karya ciptanya tidak semonumental hasil karya seniman terkenal. Dia hanyalah seorang pengrajin yang tekun sekaligus serius dalam menekuni bidangnya. Jikalau tinjauannya jumlah karya yang telah diciptakan, dia tidak kalah dengan para seniman keramik yang terkenal. Dia selalu kreatif mencipta setiap hari, tanpa mengenal lelah ataupun hari libur. Setiap hari adalah berkarya cipta dan selalu menghasilkan karya keramik, tanpa banyak berfikir apakah nantinya karya tersebut menjadi karya “best of the best” ataukah tidak. Yang terpenting menghasilkan karya keramik yang dapat untuk mengulur waktu menambah penghasilan hidupnya.

Yaman adalah seorang sahabat yang sangat memahami apa arti sebuah persahabatan. Sahabat bukanlah di saat kita senang saja, tetapi sahabat akan datang di saat kita membutuhkan peranan sebagai seorang sahabat. Dia akan selalu ringan tangan dalam membantu sahabatnya di saat membutuhkan bantuan. Walaupun hanya sekedar seorang pengrajin keramik tetapi dia akan begitu mudahnya untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk kebutuhan sahabat yang dalam kesusahan. Rasa sosial persahabatannya begitu tinggi dan perlu dicontoh oleh setiap orang. Di saat seperti sekarang ini memang mulai jarang ditemukan seorang sahabat yang baik, setia kawan, arif dan sifat yang tidak emosional.

Bentuk tubuhnya memang luar biasa besar, berotot dan bertenaga. Setiap orang akan segan dan bahkan tidak akan berani apabila harus beradu fisik dengannya. Tetapi di balik bentuk tubuh yang berotot seperti “Arnold Scwarzeneger”ini, dia mempunyai tipikal yang santun, sopan, tidak meremehkan orang lain, dan tutur bahasanya lemah lembut tidak seperti bentuk tubuhnya yang menakutkan. Suaranya juga tidaklah keras, tapi cenderung dikendalikan berdasarkan siapa yang sedang diajak bicara. Berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa yang baik dan sopan, dengan teman dan sahabatnya juga begitu, tetapi jika diperlukan dia bisa menggertak orang yang kurang ajar dengan nada tinggi.

Yaman memang sekarang telah tiada, tetapi banyak yang dapat dipetik dari sisi kehidupannya. Sebagai seorang sahabat dia telah dapat membuktikan kesetiakawanannya, dengan berbagai pengorbanan yang telah dia berikan. Sebagai seorang anak dia telah banyak berbakti dan menghormati kepada orangtuanya. Sebagai seorang suami, dia bertanggung jawab terhadap keluarganya (istrinya). Sebagai sorang pengrajin keramik dia telah membuktikan hasil karya ciptanya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sosok kepribadiannya memang luar biasa bagusnya, berkembang di lingkungan anak-anak yang terbiasa dengan mabuk-mabukan, dia tidak tersentuh sama sekali dengan minuman keras. Di lingkungan orang-orang yang terbiasa merokok diapun tidak ikut merokok. Begitu juga beberapa kebiasaan penyakit masyarakat yang bersifat negatif, dia tidak terjerumus di dalamnya. Mengapa aku bisa mengatakan dan menulis hal seperti ini, karena aku adalah salah satu sahabat kentalnya dari masa anak-anak sampai dengan masa akhir hayatnya. Waktu hidupnya telah banyak dihabiskan bersamaku, terutama sebelum dia berkeluarga. Main bersama, bersepeda bersama, berkarya kami saling membantu dan bahkan dia yang lebih banyak mengeluarkan tenaganya untuk memberikan satu bentuk persahabatan yang mulia. Yach…memang takdir yang memisahkan persabatan kita.

Gambar-gambar karya kerajinannya di atas, memang sengaja aku tunjukkan untuk mengenang kembali persahatan yang tulus, yang telah lama berlalu. Wujud persahabatan yang takkan hilang di makan waktu, walaupun sahabat itu sendiri telah lama tiada, bentuk persahabatan yang abadi. Ternyata tidak terasa waktu telah lama berlalu, telah lebih dari 15 tahun dia telah tiada, tapi arti persahabatan itu takkan pernah hilang sampai saat ini. Seorang sahabat yang sulit ditemukan kembali seperti sosok kehidupannya. Teman biasa mudah kita cari, tetapi sahabat sejati takkan semudah kita temukan.

(Semua bentuk keramik di atas adalah pemberian dari sahabatku yang telah lama tiada: YAMAN).



MOTIF PEJAJARAN

MOTIF PEJAJARAN

Motif Pejajaran ini dapat ditinjau dari dua ciri yaitu ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus.
Ciri-ciri umum
Motif Pejajaran ini mempunyai semua bentuk ukiran daun mulai dari daun pokok, daun patran, daun trubus, bunga, buah dan sebagainya berbentuk cembung (bulat).
Ciri-ciri Khusus
Angkup

Motif Pejajaran ini mempunyai beberapa angkup yaitu:
a. angkup besar pada daun pokok
b. angkup tanggung pada daun sedang
c. angkup kecil pada daun trubusan kecil

Cula
C
ula pada motif ini mempunyai bentuk tersendiri yaitu melengkung menghadap ke depan

Endong
Bentuk ukiran yang tumbuh berdampingan di belakang daun pokok dengan ikal yang terdapat pada penghabisan ukiran daun endong tersebar.

Simbar
M
otif Pejajaran ini mempunyai simbar sebagai pemanis ukiran daun pokok dengan bentuk yang khas pula.

Benangan
B
enangan pada ukiran daun pokok berbentuk timbul seperti tangkai yang terdapat di muka ukiran daun pokok, sedangkan benangan garis terdapat pada ukiran daun yang masih muda.

Pecahan
P
ecahan garis berfungsi sebagai pemanis, menjalar pada daun pokok, dan pecahan cawen pada daun patran serta pecahan pada ukiran daun yang lain, terdapat pada motif ini.

MOTIF PEKALONGAN


Motif Pekalongan mempunyai bentuk ukiran daun campuran, yaitu pencampuran antara bentuk daun yang cembung dan bentuk yang cekung. Sebenarnya bentuk campuran dalam motif tradisional Jawa memang banyak ditemukan, baik dari motif Pekalongan maupun motif tradisional yang lainnya, memang beberapa ada yang konsekuen dengan kekhasan bentuknya sendiri.
Benangan
Benangan
pada motif ini menyerupai benangan yang ada pada motif Pejajaran. Hanya pada beberapa bentuk kadang-kadang saja, benangan motif ini berbentuk daun.
Sunggar
Motif Pekalongan
mempunyai Sunggar bersusun berbentuk cembung yang sama bentuknya dengan Angkup.
Pecahan
P
ecahan garis terdapat pada daun pokok, sedangkan pecahan cawen terdapat pada daun yang cekung. Sehingga kelihatan sekali perbedaannya antara pecahan garis dengan pecahan cawen jika dilihat dari cekung cembungnya.

MOTIF YOGYAKARTA

Motif Yogyakarta ini merupakan motif khas tradisional Jawa yang menggunakan nama kerajaan yang berkembang di wilayah tersebut. Kerajaan Ngayogyakarta yang masih tetap eksis sampai saat ini, walaupun sekarang menjadi salah satu wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Kerajaan Yogyakarta ini merupakan kelanjutan dari kejayaan masa silam Kerajaan Mataram Islam dengan hasil seni budayanya yang sangat maju, baik berupa ukir, batik, keramik atau hasil budaya yang lain. Watak masyarakat Yogya mewakili watak masyarakat Jawa pada umumnya yang mengutamakan nilai moral yang tinggi berupa sopan santun, unggah ungguh dan budaya toleransi antar sesama, gotong royong, saling menghormati sesama manusia yang cukup kental dalam tata kehidupan kesehariannya.
Motif Yogyakarta ini terkenal dengan nama ukiran perak Yogya. Bentuk motif ini mengambil contoh dari unsur daun pakis. Ukiran daun pokok berelung-relung, lemah gemulai dengan bentuk daun cembung dan cekung yang tumbuh pada relung tersebut. Pada akhir relung ini sering tumbuh bunga yang mekar dengan indahnya. Bunga yang mekar ini memberikan simbol seorang gadis muda yang sedang mekar-mekarnya dan melambangkan pula masa awal perkembangan menuju suatu kemajuan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang haruslah punya cita-cita yang tinggi untuk meraih masa depan yang cerah.

MOTIF MADURA

Secara garis besar Motif Madura ini mempunyai bentuk ukiran daun yang melengkung, merelung dan terdapat ukel pada tiap ujung daunnya. Pecahan Cawen terdapat pada setiap bentuk daun, bukan pada salah satu daun (daun pokok) tetapi terdapat pada setiap bentuk daun yang ada terutama yang seiring seirama, mengikuti alur ritme dari daun pokok pada motif Madura ini. Pecahan Cawen pada daun pokok menyerupai gergaji, bentuknya bergerigi seperti yang terdapat pada gergaji.
Benangan terdapat pada bentuk ukiran daun pokok. Bentuk benangan tersebut tergolong benangan timbul. Bentuknya menuju ke arah ikal pada ujung daun tersebut.
Pecahan yang khas pada motif ini adalah pecahan garis. Pecahan garis mempunyai bentuk yang menyerupai dengan motif Jepara.
Keterangan:
Motif Madura ini banyak terdapat pada perahu, alat-alat untuk karapan sapi, hiasan bangunan rumah dan sebagainya. Bentuk motif ukiran ini kebanyakan berlapis-lapis (bersusun) sangat bagus, karena ukirannya kelihatan saling terpisah antara bentuk yang satu dengan yang lainnya. Bentuk ukiran yang bersusun ini tampak lebih hidup dan kelihatan sekali keindahannya yang khas, yang agak berbeda dengan motif tradisional yang lain.

MOTIF SURAKARTA


Motif Surakarta ini mempunyai bentuk ukiran daun yang melengkung berirama seperti simbol yang terdapat pada masyarakatnya yaitu masyarakat yang ramah, bersahabat dan menghormati orang lain. Di samping itu, bentuk motif ini menggambarkan tipikal masyarakatnya terutama untuk wanita yaitu digambarkan dengan lengkungan yang lemah gemulai dengan dipenuhi kesantunan wataknya.
Bentuk ukiran daun motif Surakarta ini diambil dari relung daun pakis yang menjalar bebas berirama. Daun-daunnya berbentuk cembung dan cekung. Berarti dapat dimasukkan dalam kategori motif ukiran yang mempunyai bentuk stilasi daun campuran. Campuran maksudnya adalah stilasi daun yang ada di motif Surakarta merupakan hasil perpaduan antara bentuk cekung dan cembung. Corak motif Surakarta seolah-olah menggambarkan watak dan kepribadian sipenciptanya, di samping pengaruh yang ada di sekitarnya. Hal ini terlihat pada keindahan dan keharmonisan tata cara Surakarta yang terkenal halus dan lemah gemulai, sehingga ukiran daun pada motif ini pun kelihatan indah harmonis beserta simbol-simbol budaya yang menyertainya.

PAMERAN KARYA LUKIS RADEN SALEH


Potert diri, karya Raden Saleh diambil dari www.commons.wikimedia.org/wiki/File:Raden_Saleh.jpg


Landscape karya Raden Saleh diambil dari www.painting-indonesiagallery.blogspot.com/2009/0

Landscape karya Raden Saleh, diambil dari www.askart.com/.../raden_saleh/raden_saleh.aspx

Landscape karya Raden Saleh diambil dari www.painting-indonesiagallery.blogspot.com/2009/0...

Karya Raden Saleh yang menggambarkan kepala singa, diambil dari www.askart.com/.../SOS20061022_5184/48.jpg
Salah satu karya Raden Saleh diambil dari www.askart.com/askART/photos/CSK20080319_5677/70.jpg


"Prince Raden Saleh" karya Raden Saleh diambil dari www.raden-saleh.org/index.5.jpg

Lukisan landscape hasil karya Raden Saleh, diambil dari www.galeri-nasional.or.id/Raden_Saleh.gif

RADEN SALEH PELUKIS MODERN INDONESIA

"RADEN SALEH SJARIEF BUSTAMAN" diambil dari www.firmanbudi.wordpress.com/2009/03/radens..

Lukisan di atas adalah karya pelukis legendaris Indonesia, Raden Saleh Sjarief Bustaman, yang berjudul"DIE LOWENJAGD" tahun 1840. Pada tanggal 18Nopember 2005 di Cologne (Jerman) lukisan tersebut laku terjual 805.000,- Euro (atau sekitar 11,77 milyar rupiah). Gambar diambil dari www.iwandahnial.files.wordpress.com/2008/05/raden...



Lukisan "PENANGKAPAN DIPONEGORO" karya Raden Saleh, dibuat tahun 1857. Diambil dari www.papario2.wordpress.com/2008/12/raden-sa...

LUKISAN PENAKLUKAN DIPONEGORO KARYA SEORANG PELUKIS BELANDA, N. PIENEMAN. DIBUAT BEBERAPA TAHUN SEBELUM RADEN SALEH MEMBUAT VERSINYA YANG MERUPAKAN KRITIKAN DAN DIBERI JUDUL PENANGKAPAN DIPONEGORO. LUKISAN RADEN SALEH TERSEBUT, DENGAN TAMPILAN YANG BAIK, SULIT SEKALI UNTUK DIDAPAT. [ SUMBER: N. PIENEMAN, RIJKSMUSEUM AMSTERDAM ]





Masa Kecil

Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terbaya, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School).

Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.

Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.

Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal Van Der Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826), setelah ia melihat karya Raden Saleh.

Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.

Belajar ke Eropa

Semasa belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir.

Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi.

Itulah salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua tahun pertama ia pakai untuk memperdalam Bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelius Krussemen dan tema pemandangan dari Andreas Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan.

Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.

Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Minister van Kolonieen, Raja Willem I (1772-1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.

Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.

Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis Perancis legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.

Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau mempengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan di tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.

Kembali ke Hindia

Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga keraton dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Keraton Solo.

Di Batavia ia tinggal di vila di sekitar Cikini. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi Taman Ismail Marzuki. Sementara rumahnya menjadi RS Cikini, Jakarta.

Tahun 1875 ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun 1878. Selanjutnya, ia menetap di Bogor sampai wafatnya pada 23 April 1880 siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah.

Tertulis pada nisan makamnya di Bondongan, Bogor, "Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda". Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh.

Lukisan

Tokoh romantisme Delacroix dinilai mempengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di Perancis (1844 - 1851).

Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Perancis Gerricault (1791-1824) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.

Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan.

Wajar bila muncul pendapat, meski menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak sungkan mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda. Ini diwujudkannya dalam lukisanPenangkapan Pangeran Diponegoro.

Meski serupa dengan karya J.W. Pieneman, ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya Pangeran Diponegoro yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang Jenderal de Kock berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.

Berbeda dengan versi Raden Saleh, di lukisan yang selesai dibuat tahun 1857 itu pengikutnya tak membawa senjata. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro, pun tak ada. Ini menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan Ramadhan. Maknanya, Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik. Namun, perundingan gagal. Diponegoro ditangkap dengan mudah, karena Jenderal de Kock tahu musuhnya tak siap berperang di bulan Ramadhan. Di lukisan itu Pangeran Diponegoro tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam tasbih.

Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun 1830 yang terjadi di Rumah Kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Cock pun kelihatan sangat segan dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau ke tempat pembuangan.

Pada saat penangkapan itu, beliau berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali ke Indonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro. Dari usaha dan karya tersebut, tidaklah terlalu berlebihan bila beliau mendapat predikat sebagai Pahlawan Bangsa. Akhirnya, reputasi karya yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat Raden Saleh dikenang dengan rasa bangga.

Dari beberapa yang masih ada, salah satunya lukisan kepala seekor singa, kini tersimpan dengan baik di Istana Mangkunegaran, Solo. Lukisan ini dulu dibeli seharga 1.500 gulden. Berapa nilainya sekarang mungkin susah-susah gampang menghitungnya. Sekadar perbandingan, salah satu lukisannya yang berukuran besar, Berburu Rusa, tahun 1996 terjual di Balai Lelang Christie's Singapura seharga Rp 5,5 miliar.

Peringatan dan penghargaan

Tahun 1883, untuk memperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisannya di Amsterdam, di antaranya yang berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara lain oleh Raja Willem III dan Pangeran Van Saksen Coburg-Gotha.

Memang banyak orang kaya dan pejabat Belanda, Belgia, serta Jerman yang mengagumi pelukis yang semasa di mancanegara tampil unik dengan berpakaian adat ningrat Jawa lengkap dengan blangkon. Di antara mereka adalah bangsawan Saksen Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria, dan sejumlah gubernur jenderal seperti van den Bosch, Baud, dan Daendels.

Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ridder der Kroonorde van Pruisen (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk (R.W.V.), dll.

Sedangkan penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, secara anumerta berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.

Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre, Paris, Perancis.

Artikel di atas diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
coompax-digital magazine